buku tamu

!-- Begin ShoutMix - http://www.shoutmix.com -->
ShoutMix chat widget

Selasa, 06 April 2010

Sejarah AC.Milan

A.C. Milan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
A.C. Milan
Logo AC Milan
Nama lengkap Associazione Calcio Milan
1899 SpA
Julukan Rossoneri (Merah-Hitam)
Il Diavolo Rosso (Setan Merah)
Il Casciavit
Didirikan 16 Desember 1899
Stadion San Siro, Milan, Italia
(Kapasitas: 82.955)
Pemilik Flag of Italy.svg Silvio Berlusconi
Presiden lowong (Pelaksana harian diserahkan kepada Adriano Galliani)[1]
Manajer Flag of Brazil.svg Leonardo[2]
Liga Seri A
2008-09 Seri A, (3)

Team colours Team colours Team colours
Team colours
Team colours
 
Kostum kandang
Team colours Team colours Team colours
Team colours
Team colours
 
Kostum tandang

Associazione Calcio Milan (dipanggil A.C. Milan atau Milan saja) adalah sebuah klub sepak bola Italia yang berbasis di Milan. Mereka bermain dengan seragam bergaris merah-hitam dan celana putih (terkadang hitam), sehingga dijuluki rossoneri ("merah-hitam"). Milan adalah tim tersukses kedua dalam sejarah persepakbolaan Italia, menjuarai Seri A 17 kali dan Piala Italia lima kali.

Klub ini didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards, seorang ekspatriat Inggris[3]. Sebagai penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.


[sunting] Sejarah (1899 hingga kini)

[sunting] Awal masa terbentuk

Saremo una squadra di diavoli. I nostri colori saranno il rosso come il fuoco e il nero come la paura che incuteremo agli avversari!

—Herbert Kilpin

Klub ini didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada tahun 16 Desember 1899. Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama Milan dan Kilpin menjadi kapten tim pertama Milan. Musim 1901, Milan memenangkan gelar pertamanya sebagai jawara sepakbola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C. 3-0 di final Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada 1908, sebagian pemain dari Italia dan para pemain dari Swiss yang tidak menyukai dominasi orang Italia dan Inggris dalam skuad inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan membentuk Internazionale.

[sunting] Masa GreNoLi

Pada dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepakbola dunia karena mempunyai trio GreNoLi , yang terdiri atas Gunnar Gren , Gunnar Nordahl , dan Nils Liedholm .Ketiganya merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan (playmaker). Tim di masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan oleh Juventus tercipta 5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.

[sunting] Era Nereo Rocco

Milan kembali memenangi musim 1961/1962. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco, pelatih sepakbola yang inovatif, yang dikenal sebagai penemu taktik catenaccio (pertahanan berantai). Di dalam tim termasuk Gianni Rivera dan José Altafini yang keduanya masih muda. Musim berikutnya, dengan gol Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa pertama mereka (kemudian dikenal sebagai Liga Champions UEFA) dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini juga merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan Piala Eropa.

Meskipun begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut , terutama karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967/1968, berkat gol Pierino Prati, topskor Seri A di musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua gol dari Kurt Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua (4-1 untuk AFC Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah mengalahkan Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg dramatis (3-0, 1-2).

[sunting] Scudetto kesepuluh dan Seri B

Di tahun 1970, Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala Winners kedua; namun, tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh, yang berarti mendapatkan "bintang" untuk tim. Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA, kalah dari pemenang sesungguhnya, Tottenham Hotspur. Musim 1972/1973 mereka hampir memenangkan scudetto kesepulh, namun gagal karena hasil kalah menyakitkan dari Hellas Verona F.C. di pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai musim 1978/1979 untuk meraih scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa timnya meraih kemenangan tersebut.

Namun, hasil terburuk datang kepada "Rossoneri": setelah memenangkan musim 1979/1980, Milan didegradasi ke Seri B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal perjudian Totonero 1980. Di 1980/1981, Milan dengan mudah menjuarai Seri B, dan kembali ke Seri A, di mana penyakit tersebut terulang di musim 1981/1982, Milan terdegradasi kembali.

[sunting] Kedatangan Berlusconi

Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986. Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli.

[sunting] Menyongsong kejayaan kembali (Era Sacchi)

Sacchi memenangkan Seri A musim 1987-1988. Di 1988-1989, Milan memenangkan gelar Liga Champions ketiganya, mempecundangi Steaua Bucureşti 4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental kedua mengalahkan National de Medellin (1-0, gol tercipta di babak perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción di 1990. Skuad kemenangan Eropa mereka adalah:
Kiper : Giovanni Galli
Bek : Mauro Tassotti -- Alessandro Costacurta -- Franco Baresi -- Paolo Maldini
Gelandang : Angelo Colombo -- Frank Rijkaard -- Carlo Ancelotti -- Roberto Donadoni
Penyerang : Ruud Gullit -- Marco van Basten

[sunting] Masa keemasan (Era Capello)

Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) dan Dream Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro bermain di sektor depan.

[sunting] Masa masa sulit (Tabarez ke Treim)

1996-1997

Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Seri A, dipermalukan oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-1997 di peringkat kesebelas di Seri A.

1997-1998

Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti Kristen Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-1998 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.

1998-1999

Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim 1997-1998 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Milan juga menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.

1999-2000

Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan seperti The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA 1999-2000 ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua pesaing scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.

2000-2001

Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-2001 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş JK dari Turki dan raksasa Spanyol FC Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Seri A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali. Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano. Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah diulang dan di mana Serginho membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal dan tim berakhir di tempat keenam.

2001-2002

Milan memulai musim 2000-2001 dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra yang membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA. Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim diangkat sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi direksi harapan.

[sunting] Kembalinya gelar prestisius (Era Ancelotti)

Terim digantikan oleh Carlo Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera pemain belakang Paolo Maldini, Ancelotti berhasil dan mengakhiri musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions. Starting XI pada saat itu adalah Christian Abbiati; Cosmin Contra, Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim 2002/2003 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu pinalti di Manchester, Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003/2004 sekaligus menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Italia, maka rossoneripun semakin ditakuti.

[sunting] Pasang surut 2006-2008

Milan saat menghadapi corner musim 2006/2007

Pada musim kompetisi Liga Italia Seri A 2006/2007, Milan terkait dengan skandal calciopoli yang mengakibatkan klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun menuntskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool dua tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda Marco Borriello dihukum karena terbukti doping.

Pada musim 2007/2008, Milan akhirnya harus bermain di kompetisi Piala UEFA setelah hanya berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan selisih 2 poin. Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, AC Milan menang 4-1 atas Udinese, tapi di saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas Torino dengan skor 1-0 yang akhirnya posisi kedua tim tak ada perubahan. Untuk memperbaiki performa di musim berikut (2008/2009), Milan membeli sejumlah pemain baru, di antaranya Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca Zambrotta dan Ronaldinho yang keduanya berasal dari Barcelona. Pada transfer paruh musim 2008/2009, Milan mendatangkan David Beckham dengan status pinjaman dari klub sepakbola Amerika Serikat LA Galaxy.

Rabu, 17 Maret 2010

Biografi Kaka

LCD Text Generator at TextSpace.net

Senin, 05 Januari 2009

Biografi Kaka


Ricardo Izecson dos Santos Leite (lahir 22 April 1982 di
Brasília),
lebih dikenal dengan nama Kaká, adalah seorang pemain
bolasepak Brasil yang kini menyertai Kelab AC Milan
(bergabung tahun 2003; sebelumnya pada 2001-2003 di São
Paulo). Kaká umumnya bermain di posisi serangan ataupun
penyerang. Ia dikenal mempunyai dribble yang sangat baik
serta umpan-umpan yang akurat. Tinggi badannya ialah 186
cm.
Kaká berkahwin dengan Caroline Celico pada 23 Desember
2005 di sebuah gereja di São Paulo, Brasil.
Kaká dilahirkan di Brasília, Brazil pada 22 April 1982,
dia merupakan anak dari pasangan Simone Cristina dos
Santos Leite dan Bosco Izecson Pereira Leite. Kaká
mempunyai adik laki-laki, Rodrigo, yang dikenal sebagai
Digão, yang mengikuti langkahnya bermain bola di Itali.
Nama panggilannya Kaká, diambil dari bahasa aslinya,
Portuguese, yang diucapkan seperti ejaannya, dengan
penekanan pada suku kata kedua yang ditandai dengan
aksen. Itu biasa dipakai untuk menyingkat nama "Ricardo"
di Brazil, bagaimanapun juga, Kaká mendapatkan nama
panggilannya dari adiknya, Rodrigo, yang tidak pandai
menyebut "Ricardo" ketika mereka masih kecil. Rodrigo
memanggil abangnya "Caca" yang kemudian berganti menjadi
"Kaká".
Pada bulan September 2000, di usia 18 tahun, Kaká
mengalami ancaman pada kariernya dan kemungkinan patah
tulang belakang yang menyebabkan lumpuh sebagai akibat
kemalangan di kolam renang. Hal yang terburuk tidak
terjadi dan Kaká pulih sepenuhnya dari insiden itu. Dia
bersyukur kepada Tuhan atas kesembuhannya dan sejak saat
itu ia menyumbangkan penghasilannya untuk gerejanya.
1. Karier
1.2 Karier Kelab
Kaká menandatangani kontrak dengan São Paulo pada usia
15 tahun dan memimpin pasukan junior pada kemenangan
‘Copa de Juvenil’. Ia memulai debutnya di São Paulo FC
tahun 2001 ketika di berusia 18 tahun. Pada musim
Page 1 of 5 on Monday, January 05 2009 @ 20:33:50 MYT.
pertama, dia menyumbat 12 gol dalam 27 perlawanan dan 10
gol dalam 22 perlawanan di musim berikut. Pada usia 17
tahun, ketika ia masih dalam pasukan junior, Sao Paulo
berniat menjual Kaká ke pasukan dari Liga division 1
Turki, Gaziantepspor. Transaksi tidak terjadi, kerana
pengurus Gaziantepspor, Nurullah Sağlam menolak
untuk membayar $1.5 juta untuk pemuda 17 tahun itu.
Setelah menyertai dengan pasukan senior São Paulo FC,
penampilan Kaká berjaya menarik perhatian kelab-kelab di
Eropah.
Dia menyertai AC Milan dengan bayaran US $8.5 juta,
jumlah yang dianggap ‘sedikit’ oleh pemilik kelab Silvio
Berlusconi. Dalam sebulan, dia telah menyertai pasukan
utama dan sejak saat itulah ianya menjadi permulaan pada
kariernya. Kemunculannyanya di Serie A adalah ketika
Milan bertandang menentang Ancona dengan kemenangan 2-0.
Dia menghasilkan 10 gol dalam 30 perlawanan pada musim
itu, AC Milan memenangi Italian Serie A Championship dan
European Super Cup.
Kaká adalah bahagian inti dari lima orang pemain tengah
pada musim 2004-2005, biasa bermain dalam withdrawn role
dibelakang striker Andriy Shevchenko. Dia menyumbat 7
gol dalam 36 pertandingan liga dan juga memenangi
Italian Super Cup bersama dengan klubnya. Milan meraih
posisi kedua setelah Juventus di Seri A dan dalam partai
final dengan Liverpool pada adu penalti di UEFA
Champions League.
Salah satu gol Kaká yang sangat menakjubkan adalah
ketika melawan Fenerbahçe SK di perlawanan pertama AC
Milan dalam 2005-06 Champions League, menentang
Rossoneri dan menang 3-1. Gol itu membuatnya disamakan
dengan Diego Maradona kerana Kaká memulai lariannya dari
tengah lapangan dan melewati tiga tackling sebelum
memasuki kawasan penalti dan menyelesaikannya dengan
shot rendah di bawah penjaga gol Fenerbahçe, Volkan
Demirel.
Pada 9 April 2006, ia membuat hat-trick pertamanya dalam
pertandingan melawan Chievo Verona. Ketiga golnya
dihasilkan pada babak pertama. Pada 2006, Real Madrid
menunjukkan minat pada bintang 24 tahun ini, tetapi
Milan dan Kaká menolak. Kaká telah menandatangani
kontrak dengan Milan hingga 2011.
Pada 1 November 2006, AC Milan lolos babak penyisihan
UEFA Champions League setelah Kaká membuat hat-trick
Page 2 of 5 on Monday, January 05 2009 @ 20:33:50 MYT.
yang membantu teamnya menang 4-1 melawan RSC Anderlecht.
Ini adalah hat-trick keduanya di Milan dan hat-trick
pertamanya di peringkat Eropah.
1.3. Karier antarabangsa
Kaká melakukan debut antarabangsanya pada bulan Januari
2002 dalam perlawanan menentang Bolivia. Dia adalah
bahagian dari pasukan negara yang menang pada Piala
Dunia 2002 tetapi aksinya tidak terlalu kelihatan kerana
hanya bermain 19 minit di babak pertama menentang Costa
Rica. Pada tahun 2003, dia menjadi ketua pasukan dalam
Tournament Gold Cup di AS dan Mexico, memimpin Brazil ke
tangga kedua dan membuat gol yang menentukan dalam
perlawanan menentang Colombia. Setelah itu, dia beraksi
di Confederation Cup 2005, dengan Kaká mencipta gol
kemenangan dalam perlawanan akhir menentang Argentina.
Dia berhasil mendapat tempat ke-10 dalam undian
penghargaan untuk FIFA World Player of the Year 2004.
Pada pemilihan tahun 2005, dia naik dua peringkat lebih
tinggi. Terakhir, ia membantu Brazil dalam penyertaan
pada Piala Dunia 2006. Kaká semakin matang sebagai
pemain dan dianggap sebagai salah satu pemain bolasepak
terbaik dari Brazil. Dia mencatatkan gol pertama Brazil
di Piala Dunia 2006 pada perlawanan menentang Croatia
pada 13 Jun 2006. Pada 3 September 2006 dia
menyumbangkan salah satu gol tercantik untuk pasukan
Brazil setelah melakukan umpan yang membuahkan gol
kepada pemain yang baru masuk, Elano. Kaká mendapat bola
dari pantulan corner kick Argentina, dan mengambil bola
dari ¾ lapangan lalu menyumbat gol. Pada 15 November
2006, Kaká dipilih sebagai ketua pasukan Brazil dalam
perlawanan persahabatan menentang Switzerland kerana
ketiadaan ketua pasukan Brazil sebelumnya, Lucio
disebabkan oleh kecederaan.
1.4. Piala Dunia 2006
Pada pertandingan pertama Brazil dalam Kumpulan F, Kaká
menyumbat gol di minit ke-44 saat melawan Croatia.
Sepakan kaki kiri dari jarak 25 meter membuat Brazil
meraih kemenangan 1-0. Media menganggap Kaká sebagai
satu-satunya anggota dari "magic quintet" – Adriano,
Kaká, Ronaldo, Robinho dan Ronaldinho –yang dihasilkan
dalam perlawanan itu. Dan juga ketika melawan Ghana dia
mencatatkan dirinya dalam sejarah dengan mengumpan
kepada Ronaldo, yang akhirnya menghasilkan gol sehingga
Ronaldo memecahkan rekor Gerd Müller, gol terbanyak di
Piala Dunia. Kaká ternyata tidak dapat meneruskan
Page 3 of 5 on Monday, January 05 2009 @ 20:33:50 MYT.
peluang ke perlawanan selanjutnya dan Brazil dikalahkan
oleh Perancis di quarter final.
Kehidupan peribadi
Kaká berkahwin dengan Caroline Celico di Gereja pada 23
Desember 2005, dua tahun setelah perpindahan Kaká dari
Sao Paulo ke Milan. Caroline dilahirkan pada 26 Juli
1987, anak dari Rosangela Lyra, direktor Dior di Brazil
dan Celso Celico, seorang pengusaha. Dia dan Kaká
bertemu pada tahun 2001 ketika ia masih seorang menjadi
seorang siswi dan Kaká masih bermain untuk São Paulo
Football Club. Perkahwinannya dihadiri 600 orang,
termasuk rakan-rakannya: Cafu, Ronaldo, Adriano, Dida,
Júlio Baptista dan juga pengurus Brazil, Carlos Alberto
Parreira.
Kaká adalah seorang penganut Kristen yang taat.
Dia dikenali suka memakai Christian gear dari dulu: dia
pernah memakai T-shirt dengan tulisan "I Belong to
Jesus" dalam beberapa pertandingan, seperti saat
meraikan kemenangan Brazil di Piala Dunia 2002, dan
perayaan Scudetto Milan pada Mei 2004. Dia menggunakan
kasut yang ditambah dengan tulisan pada lidah kasutnya.
Tiap kali ia menyumbat gol dia menunjuk dengan
jari-jarinya ke langit sebagai tanda terima kasihnya
kepada Tuhan dan mungkin ini yang pertama bagi seorang
pemain bolasepak yang di levelnya: Dia bangga bahwa dia
masih teruna ketika dia kahwin.(hehehe)
Anda perlu tahu bahwa tidak seperti kebanyakan pemain
bolasepak yang lain, minuman yang disukai Kakà hanyalah
air kosong dimana kebanyakan pemain lebih suka minum
minuman-minuman keras sambil berpesta di bar. Walau
pernah diejek rakan-rakannya, dia tetap berpegang pada
pendiriannya sehingga akhirnya dihormati teman-temannya,
kesukaanya mendengar musik gospel juga aneh di kalangan
pemain yang lain. Dia sangat mengidolakan penyanyi
gospel Brazil, Aline Baros. Hal ini pulalah yang dulu
membuat hubungan Kakà dan Andriy Shevchenko sangat
dekat, Shevchenko juga seorang peribadi religious
sehingga Kakà merasa begitu dekat dengannya, namun
hubungan itu telah terputus setelah Shevchenko pindah ke
Chelsea musim ini, tetapi Kakà masih berhubung dengan
Shevchenko. Kakà sangat menyukai warna putih yang
melambangkan kesucian serta ketulusan. Kakà sangat suka
berdoa, bahkan ia sering mengajak rakan-rakannya turut
berdoa. Kakà termasuk seorang yang menggilai kereta
Ferarri, ia suka dengan modelnya yang sporty dan elegan.
Page 4 of 5 on Monday, January 05 2009 @ 20:33:50 MYT.
Kakà juga meminati aktor Tom Hanks.